Ulasan Tulisan Pilihan MIWF – “Dari Timur 3 “

Dari Timur merupakan salah satu karya yang hadir menjadi tradisi sejak tahun 2017 dalam Makassar International Writers Festival. Dari Timur 3 hadir pada tahun ketiga – 2019, yang berisikan tulisan berupa cerpen dan puisi dari penulis-penulis yang berasal dari Indonesia bagian Timur. Terdapat 9 cerpen dan 17 puisi dari 15 orang penulis dengan jumlah halaman yang tidak terlalu tebal, 176 halaman.
Dalam pengantar pada buku ini, penggagas dan pelaksana menuliskan bahwa, hampir semua karya yang mereka terima memberi daya kejut sendiri. Inti cerita pada buku ini sebenarnya sederhana dan merupakan masalah yang sangat dekat dengan keseharian namun luput dari perhatian, tetapi penulis dapat meramu dengan baik ceritanya sehingga menggelitik pembaca. Salah satu cerpen yang menggelitik saya yaitu Celana Dalam Karya Maria Pankratia. Cerpen ini bercerita tentang seorang wanita yang sedang mengalami datang bulan dengan segala masalahnya dan berhasil membuat saya berkomentar, waduh sampe segitunya orang datang bulan.
Selain itu, puisi dengan judul Kunjungan Pribadi karya Ashari Ramadani memberi kesan tersendiri bagi saya. Bait terakhirnya, terima kasih masih/kukuh, meski hari penuh/huru-hara, yang tak selalu/bisa kumenangkan, terasa menenangkan. Bagi generasi Z yang banyak mengalami permasalahan mental, puisi ini cukup membantu dan terasa seperti sedang menguatkan. Ada dua cerpen lagi yang menarik perhatian saya, yaitu Amarilis – Mardian Sagian dan Baileo – Wika Wulandari. Baileo, berlatar belakang budaya dan tradisi adat istiadat yang dibungkus menarik.
Selain beberapa cerpen dan puisi tersebut, sampul depan buku ini pun berhasil menarik perhatian saya dan memberi kesan menyenangkan saat melihatnya. Berbeda dengan dua sampul buku sebelumnya yang bergambar wanita, buku ketiga ini disampul dengan keseluruhan warna gradasi biru laut dan terdapat gambar ikan yang terjebak pada sebuah kantong plastik. Notabenenya plastik tersebut merupakan sampah plastik sekali pakai tak berguna lagi lalu dibuang begitu saja ke laut. Menurut saya, sampul tersebut menyuarakan ancaman sampah plastik di perairan Indonesia dan dengan lantang menyatakan sikap peduli lingkungan di MIWF 2019. Setidaknya ini cara lain untuk memberitahukan kondisi yang tengah terjadi pada Indonesia.
Saat awal membaca buku ini, saya agak sedikit kurang paham dengan cerita-cerita yang ada karena saat membacanya kondisi di sekitar saya sedang tidak kondusif dan pikiran yang terpecah. Beberapa orang mungkin bisa konsentrasi tapi tidak dengan saya. Meski sudah bersusah payah mencoba, tetap saja, saya masih kurang paham, sehingga saya harus mengulang membaca.
Selamat membaca buku ini.
Tidak, tidak. Saya belum punya bukunya. Saya meminjam pada teman saya. Tapi jika kalian tertarik, kalian bisa membaca versi daringnya di pustaka nasional atau membelinya.
(Revina Indah Letari)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.