Menelaah Puisi “Aku” Karya Charil Anwar Melalui Pendekatan Ekspresif dan Pragmatik

Oleh: Monicha Cahyani

Chairil Anwar adalah seorang sastrawan Indonesia pelopor Angkatan ’45 dan puisi modern Indonesia. Karyanya banyak dikutip dan dipentaskan ulang oleh para seniman lain hingga sekarang. Karyanya banyak dicantumkan dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Salah satu puisinya yang paling terkenal adalah puisi “Aku”. Hampir seluruh penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan tentu pernah mendengar atau membaca puisi ini. “Aku” merupakan judul puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar pada tahun 1943 dan pertama kali dibacakan di Pusat Kebudayaan Jakarta pada bulan Juli dalam tahun yang sama.


Pada puisi ini ditelaah melalui pendekatan ekspresif dan pragmatik, di mana pendekatan ekspresif adalah pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya pada ekspresi, perasaan atau temperamen penulis (Abrams, 1981: 189). Dengan puisi ini, Chairil memberikan gambaran dan mengajak pembaca untuk mendalami perjuangan-perjuangan pahlawan dalam mencapai kemerdekaan. Sebagaimana penulis sering mengusung tema-tema dalam pemberontakan, kematian, individualisme, eksistenalisme, dan multi-interpretasi. Pilihan kata Chairil Anwar dinilai radikal dan rawan terkena sensor. Puisi “Aku”, Chairil Anwar seolah-olah menunjukkan bahwa dirinya rela dipandang bebeda dan bersalah pada bagian bait aku ini binatang jalang; Dari kumpulan yang terbuang. Ia tak peduli konsekuensi yang nantinya harus ditanggung.


Sedangkan, pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Secara umum, pendekatan pragmatik adalah pendekatan kritik sastra yang ingin memperlihatkan kesan dan penerimaan pembaca terhadap karya sastra. Pembaca memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan sebuah karya merupakan karya sastra atau bukan. Tujuan penyair ialah memberikan kegunaan atau nikmat, ataupun sekaligus memberikan manfaat dalam kehidupan. Dari pendapat inilah dimulai pendekatan pragmatik. (Wahyudi Siswanto, 2008: 181-191). Pada puisi “Aku” karya Chairil Anwar tidaknya indah tetapi bermakna dalam sekalipun ia menggunakan bahasa-bahasa sederhana. Namun, maksud yang ia sampaikan pada pembaca berpengaruh besar pada pemikirannya. Ia menyampaikan kritik dan gagasan melalui karya sastra. Terdapat pada bait Biar peluru menembus kulitku; Aku tetap meradang menerjang; Luka dan bisa kubawa berlari; Berlari; Hingga hilang pedih perih. Memberikan sebuah pesan untuk terus dan tetap berjuang melawan penjajah walaupun harus dibayar nyawa. Khususnya, bagi generasi yang hidup di era kemerdekaan. Sebab, pada generasi ini, tidak mengalami secara nyata apa yang telah terjadi di era awal kemerdekaan Indonesia.

Terdapat wujud kesetiaan dan keteguhan hati atas pilihan kebenaran yang diyakininya. Hal ini terdapat pada bait kalau sampai waktuku; ku tak mau seorang kan merayu. Lanjut terdapat keberanian dalam berjuang meski pun banyak resiko yang akan dihadapi. Termasuk resiko untuk kehilangan nyawa atau terluka karena senjata musuh. Chairil Anwar menuliskannya sebagai bentuk penghormatan pada para pejuang yang membela bangsa ini hingga titik darah penghabisan.

*Salah satu tugas mata kuliah Menulis Kritik dan Esai

Maret 4, 2020

Tinggalkan Balasan